Minggu, 19 Juni 2011

analisis psikologi nishimura kazuto

PENGANTAR PENGKAJIAN SASTRA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH NISHIMURA KAZUTO
DALAM NOVEL
“WINTER IN TOKYO”
KARYA : ILANA TAN



oleh
PUTU IKA SRIUMIYANTI
090 170 5006
SASTRA JEPANG A


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
BAB 1
PENDAHULUAN

Sastra adalah bagian dari seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena karya sastra berhubungan dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Contohnya seperti perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan yang mampu membangkitkan kekaguman. Oleh sebab itu, di kesempatan kali ini penulis menggunakan novel Winter In Tokyo karena novel karya Ilana Tan ini menceritakan tentang kisah cinta segitiga yang penuh liku-liku, mulai dari cinta pertama, kedatangan orang asing, kekerasan, pengorbanan, hingga romantisme. Ide ceritanya sangat menarik dengan penuturan kisah menggunakan kalimat baku yang terstruktur. Kisahnya pun sangat berkesan dan lain dari cerita novel-novel yang lain. Ilana Tan bisa membuat pembaca benar-benar menghayati isi novel tersebut. Ilana Tan bisa mengaduk-aduk emosi setiap pembaca dan membuat kita larut dengan cerita yang ditulisnya. Sesak, rasa sakit Keiko, serta ketulusan Kazuto benar-benar sampai ke hati pembaca dan membuat kita merasa dekat sekali dengan para tokoh. Novel Winter In Tokyo ini bersetting di Tokyo, dan ceritanya didominasi pada musim dingin. Dalam novel Winter In Tokyo ini terdapat tiga tokoh utama Nishimura Kazuto, Ishida Keiko, dan Kitano Akira. Selain itu, sampul novel Winter In Tokyo ini juga menarik, dengan judul yang menarik. Pada dasarnya jalan cerita novel ini sangat bagus, kekurangan yang dimiliki novel ini pun tersamarkan oleh jalan ceritanya yang sangat menarik perhatian pembaca. Terlebih lagi saat klimaks yang ada pada cerita dan akhir kisah cinta yang sangat menyentuh hati pembaca.
Dalam psikologi sastra ada beberapa tokoh psikologi terkemuka, seperti Sigmun Freud, Carl Gustav Jung, dan Mortimer Adler yang telah memberi inspirasi tentang misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Namun Freud-lah yang paling banyak memberi sumbangan pemikiran dalam psikologi sastra, karena beliau berbicara secara langsung tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk penciptaan karya seni (Wellek dan Werren) . Teori pendekatan psikologi sastra yang dikembangkan oleh Freud ini dikenal dengan nama Psikoanalisis (Wellek dan Werren). Dalam konsepnya, Freud bertolak dari psikologi umum, yaitu dia menyatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga bagian, yaitu id, ego dan super-ego.
1. Id (das Es) adalah system kepribadian manusia yang paling dasar. Id merupakan sistem kepribadian yang paling primitif/dasar yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. Id adalah sistem kepribadian yang di dalamnya terdapat faktor – faktor bawaan (Freud, dalam Koswara, 1991:32). Faktor bawaan ini adalah insting atau naluri yang dibawa sejak lahir. Naluri yang terdapat dalam diri manuasia dibedakan menjadi dua, yaitu naluri kehidupan (life instincts) dan naluri kematian (death insticts). “Yang dimaksud naluri kehidupan oleh Freud adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego (the conservation of the individual) dan pemeliharaan kelangsungan jenis (the conservation of the species). Dengan kata lain, naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan kepada pemeliharaan manusia sebagai individu maupun spesies. Sedangkan naluri kematian adalah naluri yang ditujukan kepada penghancuran atau pengrusakan yang telah ada ”(Koswara, 1991:38-39). Freud berpendapat ( melalui Suryabrata, 1993) bahwa naluri memiliki empat sifat , yakni :
(a) Sumber insting, yang menjadi sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan,
(b) Tujuan insting adalah untuk menghilangkan ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi yang tidak dapat diredakan,
(c) Objek insting adalah benda atau hal yang bisa memuaskan kebutuhan
(d) Pendorong insting adalah kekuatan insting itu, yang bergantung pada besar kecilnya kebutuhan.

2. Ego berkembang mengontrol dorongan “buta” id tersebut. Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata (Freud, melalui Suryabrata,1993:147). Seperti orang yang lapar harus berusaha mencari makanan untuk menghilangkan tegangan (rasa lapar) dalam dirinya. Hal ini berarti seseorang harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataannya. Hal inilah yang membedakan antara id dan ego. Dikatakan aspek psikologis karena dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yaitu fungsi konektif atau intelektual (Freud dalam Koswara, 1991:33-34). Ego selain sebagai pengarah juga berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan naluri Id dengan keadaan lingkungan yang ada “menurut Freud, ego dalam perjalanan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuas kebutuhan atau naluri yang berasal dari id, melainkan bertindak sebagai perantara dari tuntunan–tuntunan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri–naluri yang tidak layak atau yang tidak bisa diterima oleh lingkungan” (dalam Koswara,1991:34).

3. Superego (das ueber Ich) adalah system kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluative. Superego menurut Freud, adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai–nilai tradisional atau cita–cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak–anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan larangan (melalui Suryabrata, 1993:148). Jadi, bisa dikatankan superego terbentuk karena adanya fitur yang paling berpengaruh seperti orang tua. Dengan terbentuknya superego pada individu, maka kontrol terhadap sikap yang dilakukan orang tua, dalam perkembangan selanjutnya dilakukan oleh individu sendiri.
Menurut penulis, meskipun ketiga tokoh tersebut (Nishimura Kazuto, Ishida Keiko, dan Kitano Akira) merupakan tokoh utama. Namun, tokoh Nishimura Kazuto, memiliki tiga faktor (id, ego, dan superego) yang terlihat menonjol dalam novel Winter In Tokyo karya Ilana Tan tersebut. Selain itu, Freud juga menambahkan “secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala–gejala kejiwaan”. Menurut Freud (dalam Dirgagunarso 1996:124) kehidupan psikis itu pada hakikatnya tidak disadari, lagipula pengaruh-pengaruh ketidaksadaran ini memainkan peranan besar sekali. Dan semua pendapat tersebut juga terdapat dan tergambar pada tokoh Nishimura Kazuto. Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini penulis akan menganalisis tokoh Nishimura Kazuto dengan di dongkrak oleh Teori Sigmund Freud.







BAB II
PEMBAHASAN
1. SINOPSIS
WINTER IN TOKYO
Ishida Keiko, merupakan gadis blesteran Indonesia-Jepang. Ishida Keiko tinggal di sebuah apartemen yang pengurusnya Kakek dan Nenek Osawa. Suatu hari, ada sesesorang yang menyewa apartemen di sebelah apartemen Ishida Keiko. Orang tersebut tidak keluar kamar sejak kedatangannya pagi itu. Ternyata tetangga baru Ishida Keiko bernama Nishimura Kazuto. Nishimura Kazuto adalah seorang fotografer terkenal di New York. walaupun karirnya sudah cemerlang disana. Namun, Nishimura Kazuto memutuskan untuk pindah ke Tokyo setelah 10 tahun tidak pernah pulang ke Tokyo. Hal tersebut dilakukan oleh Nishimura Kazuto karena ia ingin melupakan cinta pertamanya yaitu Iwamoto Yuri yang akan segera menikah dengan sahabatnya sendiri Jason. Semenjak Nishimura Kazuto menjadi tetangga Ishida keiko, Kazuto dan Keiko jadi lebih sering bersama. Mereka sering makan bersama, bercanda, bahkan Keiko selalu menjadi partner sejati apabila Kazoto sedang melakukan pekerjaannya sebagai street photography. Terkadang, mereka bahkan terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara.
Sebenarnya, Keiko masih bingung, di satu sisi, dia masih terngiang dengan cinta pertamanya Kitano Akira tapi di sisi lain hatinya mulai terisi dengan cintanya Kazuto yang benar-benar tulus kepadanya. Apalagi, Keiko telah berhasil menemui Akira dan intensitas pertemuan merekapun juga terbilang sering. Itu membuat Kazuto merasa kesal. Suatu hari. Kazuto dan Tomoyuki (adik laki-laki Haruka) sedang berada di stasiun. Tiba-tiba, Kazuto melihat Haruka sedang diganggu oleh seseorang pria yang usut punya usut ternyata Hirayama Jun sepupu Akira yang merupakan anggota yakuza. Kazuto menonjok Jun dengan sangat keras sehingga Jun jatuh tersungkur. Jun pun tak terima perlakuan tersebut. Jun pun mengancam Kazuto untuk membalas dendam. Ternyata ancaman Jun pun terbukti. Jun membawa genk Yakuzanya untuk menghabisi Kazuto. Kazuto dihajar hingga babak belur dan tak sadarkan diri. Akibat keroyokan yang dilakukan oleh para yakuza tersebut Kazuto mengalami hilang ingatan sebagian. Kazuto hanya mengingat tentang hal-hal yang terjadi di New York saja. Kazuto bahkan tidak ingat pada Keiko.
Pada saat itu Iwamoto Yuri datang ke Tokyo untuk suatu pekerjaan. Kazuto mengajak Yuri untuk menemaninya datang ke reuni SMPnya. Di tempat itulah Kazuto melihat Keiko. Keiko pergi ke reuni itu bersama Akira. Keikopun terkejut karena melihat Kazuto ada di tempat itu. Dan Keiko lebih terkejut lagi karena Kazuto tidak mengingatnya sama sekali. Kazuto heran, karena wanita itu mengenalnya. Kazuto pun meminta Keiko untuk membantunya mengingat apa yang terjadi selama sebulan terakhir. Keikopun dengan senang hati membantu Kazuto. Seluruh penghuni di apartemen itu membantu Kazuto untuk mengingat kembali. Namun Kazuto tetap tak ada perkembangan. Tapi anehnya ada yang bebeda yang Kazuto rasakan apabila bersama Keiko. Kazuto merasa bahwa ia menyukai gadis itu. Meskipun Yuri saat itu berada di Tokyo menemaninya. Namun, perasaan Kazuto terhadap Yuri hanya sebatas teman.
Di sisi lain, sadarnya Kazuto merupakan ancaman bagi Jun yang sudah di duga sebagai tersangka oleh pihak kepolisian. Akhirnya Jun dan genk yakuzanya berniat untuk membunuh Kazuto. Di mana saat itu Kazuto sedang pergi bersama Keiko. Kazuto dan Keikopun dikeroyok oleh Jun dan genk yakuzanya tersebut. Kazuto berusaha melawan, walaupun ia tau semua akan sia-sia. Mana mungkin ia dapat melwan para yakuza yang berjumlah empat orang dan semua membawa tongkat bisbol. Namun, semua usaha perlawanan itu dilakukannya untuk melindungi Keiko. Saat itu, melihat Kazuto yang dipukul dengan tongkat bisbol, Keiko segera menghubungi Haruka. Namun, salah satu yakuza menampar Keiko dengan keras. Sontak Kazutopun memukul Yakuza itu. Keempat Yakuza mengayunkan tongkat ke arah Kazuto, ketika Keiko menghadangnya Kazoto dengan cepat mencengkram tangan Keiko dan menarik gadis itu ke arahnya. Dan ia membiarkan dirinya di hujani pukulan-pukulan. Keiko menangis, sampai akhinya Keiko merasa silau oleh sorot lampu yang ternyata mobil polisi.
Akibat peristiwa pengeroyokan untuk kedua kalinya tersebut, Kazuto dapat mengingat kembali. Ia pun dapat mengingat bahwa ia mencintai Keiko. Dan orang yang menjadi cinta pertama Keiko bukanlah Kitano Akira melainkan Nishimura Kazuto. Karena Kazuto masih mengingat kejadian, di mana ketika itu Kazuto membantu seorang gadis yang sedang mencari kalungnya yang hilang. Kazuto pun ingat bahwa kalung itu bertuliskan nama KEIKO. Keikopun sadar bahwa yang Keiko cintai adalah Nishimura Kazuto. Kitano Akira dengan lapang dada menerimnya. Karena menurut Akira, Kazutolah yang dapa melindungi Keiko.


2. ANALISIS
Dalam novel ini tokoh Nishimura Kazuto digambarkan seorang laki-laki bertubuh tinggi, rambutnya berwarna gelap, dengan wajah yang terkesan kebarat-baratan. Nishimura Kazuto juga merupakan salah satu street photographer. Seperti yang telah diterangkan oleh Teori Freud, bahwa bahwa dalam diri manusia ada tiga bagian, yaitu id, ego dan super-ego. Dalam kesempatan kali ini saya akan menganalisis tokoh Nishimura Kazuto dengan di dongkrak oleh Teori Sigmund Freud.

A) Id (das es)

a. Kazuto memiliki sifat yang percaya diri.
“Nishimura Kazuto kelihatannya sangat percaya diri dan pandai berbicara”.
Kalimat di atas merupakan ungkapan Keiko yang menyatakan bahwa Kazuto adalah orang yang percaya diri.
“setelah ini, kau mungkin akan jatuh cinta padaku”.
Kalimat di atas merupakan ucapan Kazuto kepada Keiko, karena Kazuto yakin bahwa kejutan-kejutan ia siapkan dapat menaklukan hati Keiko.
“ha! Kau terkesan padaku!”.
Kalimat di atas merupakan ucapan Kazuto, ketika Kazuto melihat Keiko mengamatinya ketika ia sedang memegang roda kemudinya dengan mantap.
b. Kazuto memiliki sifat yang pemberani.
“tapi ini teman-temanku, jadi ini juga urusanku”.
Kalimat itu di ucapakan Kazuto ketika ia menolong Haruka yang sedang di goda oleh laki-laki yang tak dikenal. Padahal saat itu, laki-laki itu juga menonjok Kazuto.
c. Kazuto memiliki sifat baik hati.
“teman-temannya belum kembali. Daripada melamun saja, mungkin ia bisa membantu anak itu”.
Kalimat di atas menunjukkan bahwa Kazuto memiliki sifat yang suka menolong.
“kau selalu bisa menangis di bahuku kalau memang mau”.
Kalimat di atas di ucapkan oleh Kazuto kepada Yuri, karena ia sangat menyangi temannya itu. Dan ia tidak ingin temannya menangis. Ia sadar bahwa ketika wanita menagis, wanita biasanya membutuhkan bahu untuk bersandar
“Hadiah natal untukmu, Ishida Keiko. Semoga kau merasa sangat hangat pada Hari Natal ini. Nishimura Kazuto”.
Kalimat di atas merupakan kata-kata ucapan Kartu Natal Kazuto kepada Keiko, di mana Kazuto juga memberikan hadiah Natal berupa topi, syal, dan penghangat telinga. Itu membuktikan bahwa Kazuto memiliki sifat yang baik hati.
d. Kazuto memiliki sifat yang romantis.
“aku pergi mengambil kereta kuda untuk menjemputmu. Tunggulah di sini.”.
Kalimat di atas adalah ucapan Kazuto kepada Keiko. Kazuto menggunakan bahasa yang romantis.
Selain itu dalam novel ini Kazut juga mengajak Keiko berkencan dan melakukan hal-hal yang menarik. Seperti makan di restoran yang mewah dengan suasana yang sangat romantis. Menonton pertunjukkan ballet, dan mengajak Keiko bermain ice skating.
“aku tidak akan melepaskanmu”.
Kalimat tersebut adalah ucapan Kazuto ketika berdansa di atas es bersama Keiko. Kazuto mengucapakan hal romantis kepada Keiko. Karena ia memiliki sifat yang romantis dan ia pun takud kehilangan orang yang ia sayangi itu.

B) Ego (das ich)

“Inilah pertama kali Kazuto menginjakkan kaki kembali di Tokyo setelah pindah ke New York bersama keluarganya bertahun-tahun yang lalu. Kali ini ia kembali bukan karena rindu kampung halamannya, namun untuk melupakan Iwamoto Yuri”.
Dalam kutipan di atas tokoh Nishimura Kazuto merasa sakit hati karena orang yang di sukainya bertunangan dengan sahabatnya. Untuk itu, ia pergi ke Jepang agar dapat melupakan Yuri.
“Tiba-tiba suatu pikiran terbesit dalam benak Kazuto. Mungkinkah Keiko akan mengira Kazuto hanya menganggapnya sebagai tempat pelampiasan karena wanita yang dulu disukainya akan menikah dengan sahabatnya? Kazuto terpekur dan mengangguk-angguk”.
Dalam kutipan di atas, menggambarkan ketakutan Kazuto apabila Keiko mengira Kazuto hanya menganggapnya sebagai tempat pelampiasan karena wanita yang dulu disukainya akan menikah dengan sahabatnya. Itu membuat Kazuto harus membuktikan bahwa Kazuto benar-benar mencintai Keiko.

C) Superego (Das Ueber Ich)

“Kini Kazuto memandang orang-orang yang berdiri mengelilinginya dan yang balas memandangnya dengan tatapan penuh minat dan senyum ramah. Tiba-tiba saja ia sadar ia takkan bisa mendapat ketenangan yang diinginkannya. Tetapi entah kenapa ia merasa hidupnya takkan pernah sama lagi”.
Dalam kutipan di atas, Kazuto memang mengalami perubahan dalam hidupnya. Ia mulai mendapatkan keluarga baru, yang sangat menyayanginya. Bahkan ia juga menemukan seseorang yang dapat menggantikan Iwamoto Yuri yang menjadi alasannya datang ke Jepang.
“ia melayangkan tinju ke rahang orang yang menamapar Keiko, lalu disusul dengan tendangan di perut”.
Dalam kutipan di atas, Kazuto melakukan hal tersebut demi melindungi Keiko (orang yang dicintainya).










BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi (Hartoko melalui Endraswara, 2008:70). Sigmund Freud dianggap sebagai pencetus psikologi sastra, ia menciptakan teori psikoanalisis yang membuka wacana penelitian psikologi sastra. Dalam psikologi sastra ada beberapa tokoh psikologi terkemuka, seperti Sigmun Freud, Carl Gustav Jung, dan Mortimer Adler yang telah memberi inspirasi tentang misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Namun Freud-lah yang paling banyak memberi sumbangan pemikiran dalam psikologi sastra, karena beliau berbicara secara langsung tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk penciptaan karya seni (Wellek dan Werren) .
Penulis menganalisis tokoh Nishimura Kazuto di dongkrak dengan Teori Freud, di mana Teori Freud memiliki tiga unsur yaitu, id, ego, dan superego. Selain itu juga tokoh Nishimura Kazuto menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengurangi dan meredakan konflik yang terjadi dalam kehidupan tokoh Nishimura Kazuto. Dalam novel ini lebih banyak menceritakan tentang kisah cinta tokoh Nishimura Kazuto.













DAFTAR PUSTAKA

Tan, Ilana. 2008. Winter In Tokyo. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/06/psikologi-sastra.html
Endrasawara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta. CAPS.

1 komentar: